Rabu, 21 Maret 2012

Paku

Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yg mempunyai sifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan pemarahnya, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 buah paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah itu mulai berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar rumah.

Akhirnya tibalah waktu dimana anak itu merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada Ayahnya, yg kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu, dan anak laki-laki itu akhirnya memberi tahu Ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang Ayah menuntun anaknya ke pagar. "Hmm, Kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya." sang Ayah terdiam sejenak, lalu kembali melanjutkan kata-katanya, "Ketika Kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahanmu, kata-katamu telah meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain." "Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka tusukan itu akan tetap selalu ada, dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka pada fisik kita, bahkan mungkin lebih."

"Berhati-hatilah dalam bertindak kawan! Karena selalu ada jejak yg kita tinggalkan"
(Aulia Asmarantaka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar