By Jack Canfield
Saya punya teman bernama Monty Roberts yg punya
sebuah peternakan kuda di San Ysidro. Dia pernah mengizinkanku menggunakan
rumahnya untuk acara penggalangan dana untuk program “youth at risk”.
Terakhir kali saya di sana, dia memperkenalkanku
dengan mengatakan, “Saya ingin menceritakan kepada anda sekalian kenapa saya
mengizinkan Jack menggunakan rumah saya. Ini semua berawal dari sebuah cerita
tentang seorang anak muda yg dulu merupakan anak dari seorang pelatih kuda
keliling yg berpindah – pindah dari satu kandang kuda ke kandang kuda yg lain, ke
berbagai lintas balap, dan peternakan untuk melatih kuda. Sebagai hasilnya,
pendidikan SMA anak muda ini sering terhambat karena selalu berpindah tempat.
Di tahun akhir sekolahnya, dia diminta untuk menulis sebuah makalah tentang
ingin menjadi apa dan apa yg ingin dilakukannya ketika dewasa oleh gurunya.
Pada malam itu dia menulis makalahnya sebanyak
tujuh halaman menggambarkan tujuannya bahwa suatu hari ia akan memiliki sebuah peternakan
kuda. Dia menulis tentang impiannya dengan sangat detil dan bahkan ia
menggambar sebuah denah peternakan seluas 200 hektar, menunjukkan lokasi dari
semua bangunan, kandang kuda dan lintasannya. Dia juga menggambar denah rumah
seluas 4000 kaki persegi yg akan dibangun diatas peternakan 200 hektar tersebut
secara detil.
“Dia mendedikasikan seluruh jiwa dan raganya untuk
projek ini dan di hari berikutnya dia mengumpulkannya kepada gurunya. Dua hari
kemudian dia menerima kembali makalahnya. Pada halaman depan terdapat huruf
"F" berwarna merah dan besar dengan sebuah catatan, "Temui Saya
seusai sekolah."
Anak tersebut dengan segenap impiannya pergi
menemui sang guru setelah sekolah, lalu bertanya, “Mengapa saya mendapat F?. ”Gurunya berkata, “Ini adalah impian yg tidak
realistis untuk seorang anak muda seperti kamu. Kamu tidak memiliki uang. Kamu
berasal dari sebuah keluarga yg tidak punya tempat tinggal tetap. Kamu tidak
punya modal dan sumber daya. Memiliki sebuah peternakan kuda membutuhkan banyak
uang. Kamu harus membeli lahan yg luas. Kamu harus membayar untuk persediaan
kuda ternak dan selanjutnya kamu harus membayar banyak untuk kuda jantan
pembiak. Tidak mungkin kamu bisa melakukannya.” Lalu sang guru menambahkan, “Jika
kamu mau menulis ulang makalah ini dengan tujuan yg lebih realistis, Saya akan
mempertimbangkan kembali nilaimu.”
Anak laki-laki itu pulang ke rumah dan berfikir
keras dalam waktu yg lama tentang itu. Dia bertanya kepada ayahnya apa yg harus
ia perbuat. Ayahnya berkata, “Dengar Nak, Kamu harus memutuskan sendiri tentang
hal ini. Ini adalah hidupmu, impianmu. Kamu yg paling tahu apa yg kau inginkan
dalam hidup. Bagaimanapun, Ayah fikir ini adalah keputusan yg sangat penting yg
harus kau buat, dan Ayah tahu Kau akan membuat keputusan terbaik untuk hidupmu.”
Akhirnya, setelah duduk berfikir tentang makalah
impiannya selama seminggu, Anak laki-laki tersebut mengumpulkan makalah yg
sama, tanpa diubah satu kata pun. Dia menyatakan kepada gurunya, “Bapak boleh
mempertahankan nilai F dan aku akan mempertahankan impianku.”
Monty lalu mengembalikan pandangannya kepada para
tamu dan berkata, “Saya menceritakan ini kepada Anda sekalian karena Anda
sekarang duduk di rumahku yg seluas 4000 kaki persegi diatas lahan peternakanku
yg seluas 200 hektar. Saya masih memiliki makalah sekolah tersebut terbingkai
di atas perapian.” Dia menambahkan, “Dan bagian terbaik dari cerita ini adalah
dua musim panas yg lalu guru sekolah yg sama membawa 30 anak untuk berkemah di
peternakanku untuk seminggu.” Ketika sang guru akan pulang, dia berkata, “Dengar,
Monty, Bapak bisa mangatakan ini kepadamu sekarang. Ketika saya menjadi gurumu
dahulu, Saya merupakan seorang pencuri impian. Selama tahun-tahun itu Saya
mencuri impian-impian banyak anak. Untungnya kau memiliki keberanian yg besar
untuk tidak menyerah pada impianmu. Terimakasih Monty”
Jangan biarkan siapapun mencuri impianmu. Ikuti
kata hatimu, apapun yg terjadi.
From Chicken Soup for the Soul
By Jack Canfield and Mark Victor Hansen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar